Powered By Blogger

Senin, 22 Agustus 2011

cara menulis cerita anak

Ketika menulis cerita anak, saya tidak mempermainkan psikologis jiwa mereka, tapi kesosialan mereka yang saya ungkapkan. Lalu bagaimana yang mengokohkan cerita anak saya? Saya padukan dengan jalan kehidupan kecil saya, tapi saya jelmakan diri saya sebagai mereka. Tak ada yang istimewa sebenarnya meskipun awalnya saya adalah seorang penulis cerita anak.
Dan saya tetap memainkan pola yang sama, cerita itu saya biarkan mengalir dan bergerak ke mana saja karena saya tidak jadikan sebuah patokan kemana tokoh itu harus saya bawa. Jadi sama sekali menurut saya tidak ada yang istimewa dalam proses penulisan cerita saya baik itu cerita remaja, dewasa, (sok) sastra maupun cerita anak.
Hanya saja, saya mendasarinya seperti ini :
Dalam membuat cerita anak, kita harus menggunakan nalar anak-anak untuk mengukur isi cerita tersebut. Tepatkah cerita ini untuk mereka? Pantaskah cerita ini dalam ukuran nalar mereka? Apakah mereka mampu mencerna cerita itu tanpa bantuan orangtua, kakak maupun siapa pun yang usianya lebih tua dari mereka?
Kata-kata yang pas pun harus selektif kita lakukan, agar jangan meracuni jiwa mereka. Tapi adakah ukuran kata-kata yang pas untuk cerita anak?
Saya contohkan : Ada seorang anak yang dibesarkan di jalanan yang begitu keras, yang mendidik dirinya menjadi tokoh yang berantakan. Apakah ada kata-kata yang pas untuk mereka agar tidak meracuni, karena mereka terbiasa hidup di jalanan yang keras yang sudah tentu pembendaharaan kata mereka berlainan dengan anak-anak yang duduk di bangku sekolahan?
Jadi inilah yang harus dipikirkan sebaik-baiknya, agar penjiwaan si tokoh tidak lepas dari latar belakangnya dan kata-kata yang diucapkannya tidak meracuni jiwa anak-anak yang membacanya.
Secara umum, menulis cerita anak lebih sulit dari menulis cerita lainnya, karena banyaknya rambu-rambu yang harus ditaati. Tapi itu pun bukannya sebuah dinding yang tak bisa dilompati.
Secara umum :
1.Pilihlah kata-kata sederhana atau kalimat tunggal
2.Hindarkan penggunaan kata-kata asing
3.Hindarkan pula bahasa yang mengumpat, kasar, sadis, jorok dan sebagainya
4.Tema cerita pun jangan terlalu besar, sajikan yang hanya dapat diterima oleh nalar anak-anak.
Cerita dengan tema apa saja yang cocok untuk anak-anak? Banyak sekali ragamnya, boleh dikatakan tidak terbatas. Untuk menjadi penulis cerita anak-anak yang berhasil, harus banyak melatih diri terutama dalam hal dialog. Amatilah pola pikir mereka, selamilah jiwa mereka ketika membuat cerita untuk mereka.
Pikiran yang lugu, serba ingin tahu, ceplas-ceplos, serba ingin cepat, serba ingin lebih, serba ingin apa adanya, adalah bagian dari pikiran anak-anak. Untuk itu diperlukan pada bagian diri kita, untuk menjadi pengamat anak-anak, atau paling tidak, pengamat buku anak-anak. Dan yang terpenting, usahakan agar anak-anak tidak berpikir seperti seorang tukang sihir, yang sim salabim jadi.
Ada satu yang saya perlu saya ungkapkan di sini. Banyak beberapa teman yang bertanya, kapan saya menulis, mengapa begitu cepat, kok bisa banyak sekali?
Saya selalu menulis setiap Shubuh hingga pukul enam pagi. Lalu malam saya melakukannya lagi. Dalam satu hari, saya bisa menulis mencapai 30 – 40 halaman ketik 1 spasi. Tapi juga bisa hanya 10 halaman. Dan itu bukan satu patokan buat saya, karena saya tak pernah percaya dengan mood. Jadi saya hanya perlu menulis, menulis dan membiarkan tulisan itu mengalir.
Jadi gagasan utama dalam menulis sebuah cerita :
1.Hilangkan kata takut dalam hal menulis
2.Menulis
3.Menulis
4.Menulis
5.Seterusnya menulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar